SANANA,Lokomalut.com- Kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Kabupaten Kepulauan Sula yang di selenggarakan pada Sabtu 18 Oktober kemarin, resmi ditutup. Senin, (20/10/2025).
Dalam Sambutannya, Asisten III Setda Kepulauan Sula H. Zaidun, menyampaikan, FTBI bukan sekadar perlombaan. Kegiatan ini adalah gerakan kebudayaan yang bertujuan menumbuhkan kembali kecintaan generasi muda terhadap bahasa daerah sebagai jati diri, marwah, dan identitas masyarakat Kepulauan Sula.
“Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi, bahasa ibu menghadapi ancaman kepunahan. Jika kita tidak menjaga dan menuturkannya, maka hilanglah sebagian dari jati diri kita sebagai orang Sula,” tuturnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Oleh sebab itu, Tambah Zaidun, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula memberikan dukungan penuh terhadap pelestarian bahasa daerah melalui program pendidikan, penguatan budaya, serta festival seperti ini.
“Melalui generasi muda para tunas bahasa ibu, kita menanamkan rasa bangga, rasa memiliki, sekaligus tanggung jawab untuk menjaga bahasa sebagai warisan leluhur,” ungkapnya.
Katanya, pihaknya telah menyaksikan penampilan para peserta dalam berbagai kategori seperti membaca puisi, mendongeng, tembang tradisi, berpidato dalam bahasa daerah, menulis aksara daerah, hingga sastra lisan.
“Semua ini menunjukkan bahwa anak-anak Kepulauan Sula memiliki potensi luar biasa dan siap menjadi pelopor pelestarian budaya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Zaidun mengucapkan selamat dan teruslah berlatih agar dapat mewakili Kepulauan Sula, pada tingkat provinsi maupun nasional. Kepada yang belum menang, jangan berkecil hati.
‘Saya juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada panitia pelaksana, dewan juri, guru pendamping, serta seluruh pihak yang telah mendukung suksesnya kegiatan ini. Semoga kerja keras dan pengabdian kita semua menjadi amal jariyah demi kelestarian budaya bangsa,” ucapnya.
Sebagai penutup, Ia menyampaikan satu pesan penting, bahwaBahasa Ibu adalah pelita peradaban. Menurutnya, selagi generasi Sula terus menuturkannya, selama itu pula budaya kita hidup dan masa depan kita terjaga.
“Mari kita jadikan Festival Tunas Bahasa Ibu ini bukan sebagai akhir dari sebuah kegiatan, tetapi awal dari gerakan bersama untuk terus mencintai, mengajarkan, dan menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya. (red)







